SOLO,solopopuler.com – Pertemuan antara Partai Golongan Karya Kota d dengan partai pemilik kursi di DPRD terus berlanjut. Seperti halnya dengan PKS telah mewacanakan kolaborasi dan koalisi dalam Pilkada Kota Solo. Hal ini dikatakan Ketua DPD II Partai Golkar Kota Solo, Sekar Tanjung.
” Menurut saya, itu sebuah kemungkinan. Bahwa politik adalah seni dari segala kemungkinan, ” terangnya.
Namun sejauh mana kekuatan dari kemungkinan itu, termasuk yang tidak mungkin. Dan ini seiring perjalanan waktu. Apalagi para pengurus PKS pernah sejalan dengan Partai Golkar waktu.
” Kami rasakan ada kesepahaman bahwa politik itu dibuat asik, ditujukan sebagai sesuatu yang menyenangkan, seru, ” jelasnya.
Bahkan ada yang membuat tergelitik dan lucu yang pernah mengkritik kepimpinan Golkar waktu itu Akbar Tandjung. Setidaknya full circle, dan bisa jadi segala kemungkinan untuk kolaborasi.
” Gayeng, politik itu asik dan bersahabat untuk anak muda, ” ujarnya.
Pada kesempatan itu pengurus PKS memberikan keris sebagai simbol kreativitas Kota Solo. Selanjutnya, Ketua DPD PKS Solo, Daryono menyampaikan wacana tersebut. Dengan begitu pihaknya merasa ingin ada keseimbangan berpolitik.
” Makanya kolaborasi dengan Golkar menjadi salah satu opsi yang sangat terbuka untuk kita lakukan. Kolaborasi yang ingin kita lakukan adalah dengan menyamakan gerak yang sama, mentoleransi perbedaan tapi tetap mencari kesamaan dengan Golkar dalam rangka membawa kebaikan di Kota Solo,” ujarnya.
Untuk hal itu, dia menjelaskan, sebagai upaya PKS dan Golkar bertarung secara optimal di Pemilu 2024.Tujuannya agar perolehan kursi DPRD Solo PKS dan Partai Golkar mencukupi untuk mengusung sendiri Cawali-Cawawali Solo.
“Baik PKS maupun Golkar harus all out agar perolehan kursi DPRD Solo bisa maksimal,” kata dia.
BACA JUGA : 📱Skenario Politik Disiapkan PKS Dan Golkar Kota Solo Hadapi Putusan MK, Sekar Sebut Kekuatiran Masyarakat
Saat ini perolehan kursi PKS di DPRD Kota Solo ada lima kursi dan Partai Golkar tiga kursi. Jumlah itu tak mencukupi untuk mengusung pasangan cawali-cawawali Solo. Sebab harus ada minimal sembilan kursi untuk mengusung cawali-cawawali. (Agung Santoso)