Kasus Kekerasan Santri Asal Solo, Walikota Solo Teguh Evaluasi Boarding School Dan Ponpes

SOLO,solopopuler.com – Evaluasi akan dilakukan Pemerintah Kota Solo terkait halnya boarding school maupun pondok pesantren. Hal ini menyusul seorang santri asal Kota Solo meninggal dunia dugaan perundungan dan kekerasan di pondok. Sedangkan ini disampaikan Walikota Solo Teguh Prakosa, Selasa (17/09/2024).

” Apakah tidak ada pengawasan? seperti di boarding school. Orang tua sudah memberikan kepercayaan kepada sekolah entah itu di pondok pesantren entah itu boarding school. Ini benar-benar kami evaluasi,” ucapnya.

Walikota Solo Teguh Prakosa saat mengunjungi siswa sekolah dasar beberapa waktu lalu. (Dok)

Teguh menjelaskan telah mendengar kabar salah satu murid meninggal dunia, Senin (16/07/2024) malam. Namun informasi yang diterima Teguh belum detail. Ia pun segera meminta konfirmasi pihak-pihak berwenang mengenai murid di SMP Pesantren Tahfidz Az Zayadiy, Grogol, Sukoharjo.

” Kita rutin hadir ke SMP di Kota Solo sejak tahun lalu. Memberikan arahan kepada guru dan murid mengenai kesehatan mental dengan menjadi guru tamu, ” terangnya.

Teguh mengajak warga sekolah untuk membuat gerakan anti perundungan. Salah satu satuan pendidikan yang pernah dihadiri, yakni di Pondok Pesantren Az-Zayadiyy, Kelurahan Bumi, Laweyan belum lama ini. Satuan pendidikan yang masuk pada program Pemkot Solo adalah satuan pendidikan yang memiliki pendidikan formal kepada siswa.

BACA JUGA :📱Nasib Tragis Santri Asal Solo Diduga Korban Pemukulan Senior, Ayah Korban Sebut Masalah Remeh Senior Minta Rokok

Perlu diketahui, arahan walikota bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Solo. Dalam hal ini memberikan arahan mengenai kesehatan mental sejak tahun lalu. Sedangkan ini tindak lanjut, hasil survei yang dilakukan DP3AP2KB Solo bersama Yayasan Kakak dengan sasaran peserta didik SMP. Survei yang dilakukan Tahun 2023 lalu melibatkan 1.000 responden. Hasilnya, dari 50 persen lebih pernah menjadi korban kekerasan dan pelaku kekerasan. (Agung Santoso)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *