Keributan Keluarga Keraton Surakarta Di Tradisi Menabuh Gamelan Sekaten, Ada Insiden Pemukulan

SOLO, solopopuler.com – Keributan terjadi acara tradisi Sekaten Karaton Surakarta ketika memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Bahkan diwarnai insiden pemukulan ketika prosesi menabuh gamelan. Hal ini dibenarkan Pengageng Parentah Keraton Solo KGPH Dipokusumo.

” Kalau saya SOP saya, sesuai dawuh dalem, ” ucapnya disela-sela acara.

Keributan ini setelah dua pusaka gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Sedangkan gamelan itu ditabuh di halaman Masjid Agung Keraton Surakarta, Senin (09/09/2024). Untuk memerintah menabuh ini sesuai prosedur oleh anak menantu raja, Kanjeng Raden Aryo Rizki Baruno Ajidiningrat.

” Memang benar, gamelan ditabuh terlebih dahulu, ” terangnya kepada awak media.

Kanjeng Raden Aryo Rizki Baruno Ajidiningrat saat dipaksa keluar dari bangsa gamelan dalam tradisi Sekaten, Senin (09/09/2024) siang. (FOTO: Agung Santoso)

Perintah untuk menabuh setelah usai prosesi pembacaan doa dari masjid. Hanya saja, terdengar tabuhan gamelan sebelum anak mantu raja memerintah hingga muncul protes. Anak mantu raja yang protes diminta keluar dari lokasi gamelan hingga ada insiden pemukulan oleh pengawal kerabat raja.

” Saya dapat perintah langsung dari Sinuhun (PB XIII) untuk memulai gongso (menabuh gemelan), kenapa harus harus diwiwiti (dimulai) dulu. Adatnya saya diutus (perintah) dari Masjid Agung baru menabuh gamelan, benar atau tidak. Ini dawuh (perintah) PB XIII, kok dimulai sendiri (LDA),” kata Gusti Haryo.

BACA JUGA : 📱Pintu Kamandungan Karaton Surakarta Dibuka Kembali Setelah Putusan Eksekusi PN

Lantaran keributan tersebut, petugas TNI dan Polri berusaha menjauhkan satu sama lain. Bahkan insiden tersebut ketika kunjungan pelajar di komplek masjid. Ada beberapa kerabat, hadir di tempat gamelan bangsal selatan seperti Gusti Mung sekaligus prosesi nginang. Perwakilan Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta Kanjeng Pangeran Eddy Wirabhumi di Solo yang juga hadir menyebut masalah ini hanya salah komunikasi.

“ Saya mendengar sendiri yang mendapatkan perintah menabuh gemelan sekaten. Jadi mungkin, yang protes tidak tahu kalau dawuh (perintah) dari sana tadi kanjeng sinuwun (PB XIII) itu saja,” terangnya. (Agung Santoso)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *