Mantan Pelatih Timnas Eduward Tjong Memuji Pemain Diaspora Tapi Masih Kurang Striker

Mantan Pelatih Tim Nasional U-19,Eduward Tjong

SOLO, solopopuler.com – Pemain diaspora Timnas Indonesia U-17 dalam laga Piala Dunia U-17 ditanggapi Mantan Pelatih Tim Nasional U-19, Eduward Tjong. Ia tidak mempermasalahkan asalkan jiwa dan bermain untuk Indonesia. Bahkan ia memuji bermain mereka ini tidak mengecewakan dan berpenampilan bagus.

” Penampilan mereka juga tidak mengecewakan. terutama dalam tim nas senior, ” terangnya, Senin (13/11/2023)

Mantan Pelatih Tim Nasional U-19,Eduward Tjong memberika keterangan di Media Center, Senin (13/11/2023) siang, (FOTO : Agung Santoso)

Pemain yang disebutnya naturalisasi ini Welber jardim dan Amar Brkic dengan bermain bagus. Apalagi tim nasional senior, ia menilai para pemain naturalisasi ini mengangkat tim work. Hanya saja, terlalu banyak pemain asing di Liga 1 sehingga menghambat pemain pemain lokal.

” Kita bisa bicara dari posisi striker, jamannya Ricky Yakobi dan Boas, striker habis. Banyak pemain asing, itu kan, ” jelasnya.

Namun dengan pemain muda tahun ini muncul pemain lokal yang bagus seperti Ramadhan Sananta dan Arkhan Kaka. Dengan adanya event internasional saat ini, ia berharap maka pemain- pemain muda didaerah lebih bisa berkembang. Khususnya pemain striker karena minim sekali meskipun ada dua pemain tersebut tapi masih ada pemain diaspora.

” Untuk pacuan teman anak anak lokal, mereka menang body, kalau kualitas sama, ” terangnya kepada awak media.

BACA JUGA : Pemain Timnas Piala Dunia U-17 Tidak Ada Titipan, Pemain Asal Papua Berlatih Jalan Kaki 4 Jam

Namun pemain-pemain asing ini selain menang body tapi pandai memahamami Bahasa Indonesia meskipun baru 3-4 bulan. Sedangkan pemain nasional justru kesulitan bahasa asing atay Bahasa Inggris. Dengan begitu para pemain usia dini harus bersekolah dan berilmu pengetahuan, dimana beda dengan pemain terdahulu sering bolos.

” Pemain itu harus intelektual, apa yang disampaikan pelatih asing paham pemaparan di lapangan” terangnya.

Hal ini mempengaruhi pola latihan sehingga dinilai dulu dan sekarang beda. Menuurutnya sekarang kemampuan teknik dibutuhkan, yang beda dari dulu. Waktu itu yang penting fisik bagus tapi teknik belakangan. Banyak teknologi yang bisa didapat dari permainan dari tim lawan sehingga mempengaruhi pola pelatihan.

” Dulu kita pakai tape recorder untuk memahami lawan. Tapi sekarang banyak video,” ujarnya.(Agung Santoso)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *