SOLO, solopopuler.com – Seniman yang juga penyair Peri Sandi Huizche menanggapi aksi para jurnalis menolak Rancangan Undang Undang (RUU) Penyiaran versi 2024. Dia saat itu hadir pada aksi di Kota Solo membacakan puisi, Selasa (21/05/2024). Disela- sela ketika diwawancarai, Dia mengatakan, berkaca pada sejarah historiografy pada tahun 1980 an ketika salah satu media dibredel pemerintah. Berlanjut ke media lain.
” Setelah itu dicari pengisi kontennya, ya seniman, ya penulis. Saya pikir akan bergeser, polanya akan selalu sama, ” ujar lelaki muda yang terkenal dengan puisi Mata Luka Sengkon Karta.
Karena atau mungkin masyarakat tinggalan kolonial sehingga ada kerja minikri. Berikut menghentikan sesuatu dengan cara dibubarkan dan dibredel. Lebih lanjut, ia mencontoh kegiatan keagamaan dibubarkan.
” Selalu polanya pembubaran, pembredelan, pengekangan dan lain lain. Tapi ya evolutif, kemudian, ” terangnya.
Menurutnya, rencana undang undang penyiaraan ini membuat tindakan itu akan semakin ganas dan masif. Apalagi, orang yang menduduki kebijakan, tidak banyak pihak yang tahu. Termasuk, bagimana kadar berpikirnya.
” Apa gunanya itu, teman -teman 98, ” ujarnya disela -sela aksi gabungan jurnalis penolakan RUU Penyiaran di Kota Solo.
Pria yang suka membacakan puisi terkenal Wiji Thukul, WS Rendra hingga Chairil Anwar punya pesan dalam puisi. Sedangan karyanya ini dibacakan saat aksi berjudul Dibalik Head Line Reformasi. Ia mengungkapkan , mengajak duduk bersama soal – soal yang sifatnya keamanan bersama.
” Jika, selama ini undang undang itu selalu diwakili sesuatu, entah itu oleh orang, entah itu perwakilan rakyat. Mari kita tanya pada pelaku sebenarnya, ” terangnya.
Artinya, tanya secara natural dan kekeluargaan. Bukanlah, kata dia, punya filosofi gotong royong yang satu sama lai tidak melukai. Beberapa waktu lalu pada pentas Indonesia Menggugat, ia membacakan naskah Soekarno dalam bentuk puisi. Disitu diartikan
Persoalan kata aman ini juga semuanya sama sama wujudkan.
” Kata aman ini kata sifat bertingkat, tergantung siapa yang menggunakannya. Dalam hal ini, Kita sudah terafliasi keamanan, pengamanan, ” katanya.
Mereka, kata Peri, telah menggunakan teknologi keamanan itu untuk hal hal lebih ganas dan liar. ” Padahal keamanaan itu bicara dan tersenyum, ” ucapnya.
BACA JUGA :📱Aksi Wartawan Di Solo Menolak RUU Penyiaran, Wapres Terpilih Gibran Mempersilahkan Beri Masukan
Peri Sandi, juga mengakui kalau Rencana Undang Undang Penyiaran berdampak dengan seniman.
” Sangat, sangat berpengaruh. Apalagi teman teman punya kanal Youtube, Tik Tok, dan lain lain ketika menyuarakan persoalan rakyat yang mereka temui secara langsung, dalam konteks ini jurnalis warga, ” tandasnya. (Agung Santoso)