Presiden Joko Widodo Sampaikan Hilirasasi Minerba Dan Bahan Perkebunan Hadapi Tantangan Global

SOLO, solopopuler.com – Desain dan strategis taktis secara detail untuk mengadapi tantangan perlambatan ekonomi global Tahun 2025. Kuncinya adalah hilirasi sektor minerba seperti, bauksit dan tembaga. Hal ini dikatakan Presiden Joko Widodo usai acara kongres ISEI XII dan Seminar Nasional 2024 di Hotel Alila.

” Hilirisasi dimulai dari foksit, ” terangnya kepada awak media, Kamis (19/09/2024).

Bahan baku ini sudah didapat meskipun turunannya atau produk oleh pihaknya masih dikejar. Lantas yang kedua, bauksit yang produksinya ada di Bintan dan Mempawang, Kalimantan Barat (Kalbar). Untuk yang ada di kalbar ini, ia menerangkan milik Badan Usaha Milik Negara yang produknya Aluminium, velg mobil, body pesawat, dan sebagainya.

” Untuk di Mempawah, saya akan resmikan minggu depan, ” terangnya.

Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangan terkait hilirisasi. (FOTO : Agung Santoso)

Berikutnya, sektor tembaga diproduksi seperti super foil, kabel, dan rangka mobil. Tembaga dua tahun lalu stop ekspor dan mingu depan sudah memiliki dua smelter besar beroperasi. Nilai investasinya sebesar 50-60 trilyun rupiah.

” Beroperasi di Aman, Sumbawa. Dan PT Freeport di Gresik, Jawa Timur, ” ujarnya.

Smelter tembaga ini tak lain dimiliki dan dikelola oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Seperti diketahui, 51% saham PT Freeport Indonesia kini telah dikuasai Indonesia melalui Holding BUMN Pertambangan, MIND ID. Bukan lagi milik Amerika, dimana punya target kepemilikannya akan bertambah 61 persen karena selama 50 tahun lamanya emas diambil negara itu hingga berton-ton.

” Sebentar lagi akan menjadi 61 persen, maka akan kita ambil,” terangnya.

BACA JUGA : 📱JHL Group Inisiasi Hilirisasi Kelapa Untuk Sejahterakan Petani Operasikan Dua Pabrik Pengolahan Kelapa Di Daerah

Berikutnya bahan baku mentah, ia menyebut nikel memproduksi turunan seperti garpu, sendok, suntikan hingga ratusan turunan lainnya. Meskipun ini masih berproses tapi seiring pemerintah sudah di stanlesssteel.

” Dari nikel, hingga baterycell, yang sudah ada industrinya. Dan sudah mencukupi, 180 ribu, ” ucapnya.

Ia juga menambahkan, hilirasi bukan hanya di minerba saja, tapi perkebunan. Disebutnya ada, kakoi, kopi, vanila dan rumput laut. Setidaknya seperti rumput laut, merupaka hilirasi padat karya. Karena belum tergarap manegemennya karena turunnya berupa pupuk, agar, kosmetik hingga tepung.

” Bahkan minyak pesawat terbang untuk rumput laut, ” terangnya.

Ia menyinggung potensi pesisir yang panjang 81 ribu kilometer sehingga perlu digarap. Menurutnya, ini semua harus memberi nilai tambah yang tinggi untuk negara dan masyarakat. ” Ini amanah, ” tandasnya. (Agung Santoso)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *