SOLO,solopopuler.com – Wali Kota Solo Respati Ardi menanggapi serius laporan terbaru Indeks Kota Toleran (IKT) 2024 yang menyatakan Kota Solo terlempar dari 10 besar kota paling toleran di Indonesia. Pemkot Solo berkomitmen untuk segera menyusun program strategis agar kota ini kembali masuk ke lima besar peringkat nasional.
Laporan IKT 2024 tersebut dirilis oleh Setara Institute di Jakarta, Selasa (27/5/2025). Tahun sebelumnya, Solo masih bertengger di posisi 10 besar. Menanggapi hal itu, Respati mengaku telah menerima laporan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Solo.
“Saya sudah dapat laporan dari Bakesbangpol. Ini mumpung ada rencana pembangunan jangka menengah daerah [RPJMD] di pemerintahan saya, saya menugaskan Kepala Bakesbangpol untuk membuat program supaya Solo masuk lagi lima besar,” kata Respati saat ditemui wartawan di Balai Kota Solo, Rabu (28/5/2025).
BACA JUGA : Perkuat FKUB, Walikota Respati Siap Dorong Perda Toleransi dan Libatkan Forum dalam Agenda Strategis Kota
Lebih lanjut, Respati mengungkapkan Pemkot Solo saat ini tengah menyusun peraturan daerah (perda) mengenai toleransi bersama DPRD Kota Solo. Ia berharap regulasi tersebut dapat segera disahkan dan diterapkan untuk memperkuat ekosistem toleransi di Solo.
IKT 2024 merupakan hasil pengukuran tahunan yang dilakukan Setara Institute untuk menilai dan mempromosikan praktik toleransi di kota-kota Indonesia. Ini adalah edisi kedelapan sejak pertama kali diterbitkan pada 2015. Tahun ini, riset dilakukan terhadap 94 kota di seluruh Indonesia.
Penilaian IKT mengacu pada empat variabel utama, yakni regulasi pemerintah kota, regulasi sosial, tindakan pemerintah dalam merespons isu intoleransi, dan demografi keagamaan. Selain itu, ada delapan indikator penilaian, seperti keberadaan atau tidaknya kebijakan diskriminatif, tidak terjadinya peristiwa intoleransi, pernyataan pejabat mengenai isu intoleransi, hingga tingkat inklusi sosial.
Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Ismail Hasani, menyampaikan bahwa IKT telah menjadi instrumen kolektif yang mendorong perbaikan dan partisipasi lintas sektor dalam membangun toleransi di kota-kota Indonesia.
“Ekosistem toleransi IKT harus ditopang dengan tiga jenis kepemimpinan, yakni kepemimpinan politik, kepemimpinan sosial, dan kepemimpinan birokrasi,” ujar Ismail dalam siaran langsung YouTube Setara Institute, Selasa (27/5/2025).
Ia menambahkan bahwa hasil IKT sering kali mencerminkan pengaruh kuat dari kepemimpinan politik, terutama pasca pemilihan kepala daerah